DomaiNesia

Prodi BK UPGRISBA Kupas AI Pembelajaran, Gelar Pengabdian Masyarakat

kupas-ai-dalam-pembelajaran,-tim-prodi-bk-upgrisba-gelar-pengabdian-masyarakat-di-sma-negeri-2-koto-xi-tarusan
Kupas AI dalam Pembelajaran, Tim Prodi BK UPGRISBA Gelar Pengabdian Masyarakat di SMA Negeri 2 Koto XI Tarusàn
www.domainesia.com

TARUSAN – Universitas PGRI Sumatera Barat (UPGRISBA) memberikan perhatian khusus pada pemahaman Artificial Intelligence (AI) di kalangan pelajar. Hal ini diwujudkan melalui pengabdian masyarakat oleh Prodi Bimbingan Konseling (BK) UPGRISBA di SMA Negeri 2 Koto XI Tarusàn, Kabupaten Pesisir Selatan, baru-baru ini. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan tentang AI di era Society 5.0.

Kegiatan Bakti Konseling Masyarakat (BAKOMAS) ini melibatkan tim dosen dan mahasiswa yang diketuai oleh Drà. Fitria Kasih, M.Pd. Kons., dengan Triyono, M.Pd. sebagai wakil ketua pelaksana. Anggota tim lainnya terdiri dari Helmi Risa Nanda, Fadil Surya Mardani, Ulfa Hazimah, Nurul Hidayah, Miftahul Khairunnisa, dan Erinda Oktavia. Sekitar 30 pelajar turut serta dalam kegiatan tersebut.

Dalam pemaparannya, Fitria Kasih menjelaskan peran penting AI dalam dunia pendidikan. Menurutnya, AI adalah kecerdasan mesin atau perangkat lunak yang dirancang untuk menciptakan mesin cerdas. “Penggunaan AI tidak terlepas dari munculnya era Society 5.0 sebagai lanjutan dari Revolusi Industri 4.0,” ujarnya.

Fitria menjelaskan bahwa konsep Era Society 5.0 muncul sebagai respons terhadap berbagai tantangan global. Tantangan tersebut meliputi populasi yang menua, angka kelahiran yang rendah, kesulitan ekonomi, dan bencana alam. Era ini bertujuan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik dan harmonis melalui pemanfaatan teknologi. “Tujuan dari era Society 5.0 adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk dan memberikan kenyamanan bagi manusia melalui penggunaan Internet of Things (IoT) dan AI,” jelasnya.

Mengutip pendapat Tereshchuk dan Slobodianiuk, Fitria menambahkan bahwa implementasi AI memiliki potensi inovasi dalam pendidikan. Potensi tersebut mencakup evaluasi kemampuan, pemberian jawaban akurat, penyediaan beragam pertanyaan, hingga pemecahan masalah.

Fitria juga menekankan pentingnya integrasi AI ke dalam proses belajar mengajar sebagai inovasi yang efektif. Namun, ia mengingatkan agar penggunaan AI dilakukan secara bertanggung jawab. “AI dapat mengubah cara mengajar dan belajar, sehingga dapat membuat pendidikan menjadi lebih personal dan efisien,” ungkapnya.

Menurut Fitria, AI sebagai platform pembelajaran dapat menganalisis kekuatan dan kelemahan siswa secara adaptif. Selain itu, AI juga dapat menyesuaikan pelajaran dengan kebutuhan masing-masing siswa. Tutor virtual yang didukung AI dapat memberikan umpan balik instan dan panduan yang dipersonalisasi. AI juga dapat membantu dalam pembuatan dan penilaian konten, serta mengotomatiskan tugas-tugas seperti penilaian dan umpan balik. “Dengan mengintegrasikan AI ke dalam pendidikan, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan mudah diakses untuk semua siswa, memberdayakan mereka untuk berkembang di era digital,” katanya.

Menanggapi kekhawatiran tentang potensi AI menggantikan peran guru, Fitria mengutip pendapat para ahli pendidikan seperti Gattupalli dan Maloy. Ia menegaskan bahwa AI tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran guru. “Pemenuhan socio-emosional siswa dalam pembentukan karakternya tidak bisa dilakukan dengan bantuan mesin secara digital,” tegasnya.

Fitria menambahkan bahwa AI dapat membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran yang lebih adaptif. AI juga dapat memberikan umpan balik yang cepat dan spesifik, serta mengurangi beban administratif.

Namun, Fitria mengakui bahwa AI juga memiliki kelemahan, seperti masalah privasi, bias algoritmik, dan transparansi yang sulit dikontrol. Ia menekankan pentingnya kesadaran akan risiko-risiko ini bagi pendidik, administrator, dan pembuat kebijakan. “AI dalam dunia pendidikan juga harus menggarisbawahi masalah lebih lanjut seperti belum terbiasanya dengan pengunaan platform tantangan digital dan dan penggunaan waktu yang lebih lama jika melakukan pelatihan guru komprehensif,” pungkasnya.