DomaiNesia
Opini  

Agro Tourism dan Pertanian Tradisional Minangkabau: Solusi Ketahanan Pangan dan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal Nagari

www.domainesia.com

Oleh : Dr. Febby Dt Bangso Sst.Par M.Par QRGP, CFA

Ketua KAN Gurun , Luhak Nan tuo Kab.Tanah Datar

Ketahanan pangan di Sumatera Barat tidak bisa dilepaskan dari kearifan lokal Minangkabau yang sudah diwariskan secara turun-temurun melalui sistem pertanian tradisional dan tata kelola nagari. Sistem ini diatur dan dijaga oleh karapatan adat nagari, termasuk peran strategis para datuk dan ninik mamak yang menjadi pemimpin dan pelindung adat serta pelestari budaya.

Agro tourism yang mengintegrasikan pertanian tradisional dengan pariwisata memiliki potensi besar untuk memperkuat ketahanan pangan sekaligus mengembangkan ekonomi lokal secara berkelanjutan. Kearifan lokal seperti sistem sawah tadah hujan, ladang berpola campur, dan pengelolaan irigasi kolektif menjadi modal utama yang unik dan berbeda dari daerah lain. Kekuatan nagari sebagai komunitas adat dengan aturan dan kepemilikan tanah kolektif memberikan fondasi kuat dalam pengelolaan sumber daya alam secara lestari.

Peran datuk dan ninik mamak sangat krusial dalam menjaga keharmonisan masyarakat serta memberikan arahan dalam pengelolaan pertanian dan pengembangan agro tourism. Melalui musyawarah nagari, mereka mengatur kebijakan pemanfaatan lahan, pelestarian varietas lokal, dan pengembangan produk budaya sebagai daya tarik wisata.

Sebagai perbandingan, negara seperti Jepang dan Italia telah lama mengembangkan agro tourism yang menggabungkan pertanian tradisional dengan pelestarian budaya dan pariwisata berkelas dunia. Di Jepang, desa-desa pertanian tradisional seperti Shirakawa-go mempertahankan rumah-rumah bergaya gassho-zukuri serta sistem pertanian berkelanjutan yang menarik jutaan wisatawan setiap tahun. Sementara di Italia, kawasan Tuscany menggabungkan produksi anggur dan olahan makanan tradisional dengan destinasi wisata yang kuat, sehingga menumbuhkan ekonomi lokal dan menjaga tradisi agraris.

Untuk mendorong keberhasilan agro tourism di Sumatera Barat, beberapa langkah strategis perlu dilakukan:

1. Penguatan Peran Nagari dan Adat: Memperkuat peran lembaga adat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pengembangan agro tourism agar sesuai dengan nilai budaya dan adat istiadat.

2. Peningkatan Kapasitas dan Pendidikan: Memberikan pelatihan bagi petani dan pelaku wisata tentang pengelolaan usaha berbasis budaya dan teknologi ramah lingkungan.

3. Fasilitasi Akses Modal dan Infrastruktur: Mendukung pembiayaan mikro dan pembangunan fasilitas pendukung pariwisata di wilayah nagari.

4. Promosi dan Branding Budaya: Menggunakan kekayaan budaya nagari sebagai brand yang membedakan destinasi agro tourism Minangkabau.

Dengan memadukan kearifan lokal, kekuatan nagari, dan peran adat, agro tourism dapat menjadi solusi nyata dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan sekaligus memajukan pariwisata berkelanjutan di Sumatera Barat. Pendekatan ini bukan hanya menjaga ekonomi, tapi juga melestarikan warisan budaya yang menjadi identitas Minangkabau.