DomaiNesia
Opini  

Orang Adat di Nagari Gurun: Benteng Terakhir dalam Perang Melawan Narkoba

www.domainesia.com

Oleh : Febby Dt. Bangso

Ketua KAN Gurun

“Adat indak lapuak dek hujan, indak lakang dek paneh; tapi kalau anak nagari diseret narkoba, siapa nan sanggup mamuliahkannyo?”

Di balik megahnya rumah gadang dan teduhnya sawah bertingkat, Nagari Gurun menyimpan sebuah warisan yang tak ternilai: orang adat. Mereka adalah ninik mamak nan bajanjang naiak, balereng turun, pelindung nilai, penjaga tapian, pengatur batas, dan pelurus jalan anak kemenakan. Namun di tengah arus modernisasi dan derasnya tantangan sosial, termasuk narkoba, peran mereka kembali dipanggil. Tidak lagi hanya memutuskan waris atau menata gala, tapi kini: menyelamatkan generasi dari kehancuran moral.

Orang Adat dan Ketahanan Sosial Nagari

Dalam sistem Adat Salingka Nagari, orang adat bukan sekadar simbol. Mereka adalah pelaku aktif dalam menjaga ketertiban sosial, moral, dan budaya. Ketika narkoba menyusup ke nagari, meracuni generasi muda, maka orang adat harus menjadi tameng pertama, bukan hanya menyerahkan urusan kepada polisi atau BNN. Mengapa?

Karena adat Minangkabau mengakui tanggung jawab kolektif

“Anak dipangku, kamanakan dibimbing, orang kampuang dipatenggangkan.”

Ketika anak kemenakan terjerumus narkoba, itu bukan hanya urusan pribadi—itu urusan limbago, marwah kaum, dan harga diri nagari.

Kerapatan Adat Nagari: Masihkah Relevan?

Kerapatan Adat Nagari (KAN) di Nagari Gurun memiliki kekuatan struktural dan moral yang luar biasa. Namun apakah sudah diaktifkan sepenuhnya sebagai benteng sosial budaya?

KAN semestinya:

Membentuk lembaga adat khusus untuk penanganan pemuda berisiko. Menjalin kerjasama dengan wali nagari, tokoh agama, dan lembaga kesehatan.

Menghidupkan kembali nilai-nilai ‘malu jo mamak’, ‘takana ka pusako’, dan ‘manjaga marwah kaum’.

Tantangan narkoba bukan hanya kriminalitas. Ia adalah gejala dari keterputusan nilai. Maka yang dibutuhkan bukan hanya razia, tapi pemulihan nilai, melalui mekanisme adat dan pendidikan moral berbasis surau dan rumah gadang.

Bundo Kanduang dan Tangan Lembut Melawan Narkoba

Jangan lupakan bundo kanduang, limbago dalam rumah tangga, tunggak tuo dalam rumah gadang. Mereka bukan hanya penjaga dapur, tapi penentu masa depan anak. Dalam konteks narkoba, bundo kanduang adalah:

Pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Pemantau moral anak sejak dari dapur hingga ke lapau. Pemberi kasih yang bisa jadi kekuatan untuk menyembuhkan anak kemenakan yang tersesat.

Kalau rumah gadang gadang roboh dek rantiang patah, bundo kanduang lah nan manahannya.”

Dari Tambo ke Tindakan

Tambo Nagari Gurun penuh dengan kisah keberanian, kebijaksanaan, dan keteguhan moral. Kini saatnya orang adat membuat tambo baru: tentang bagaimana nagari bersatu mengusir narkoba tanpa kehilangan jati diri.

Kita tak butuh tangan besi, kita butuh tangan yang tegas tapi mendidik, yang lembut tapi berwibawa, yang mampu menyelamatkan generasi, bukan sekadar menghukum.

Penutup: Kalau Bukan Orang Adat, Siapa Lagi?

Kalau orang adat tak lagi berdiri di depan dalam menghadapi narkoba, maka siapa lagi yang menjaga marwah nagari?
Kalau ninik mamak diam, kalau bundo kanduang bungkam, kalau KAN hanya rapat untuk urusan gala dan waris, maka anak nagari akan jadi generasi yang hilang—tanpa nilai, tanpa arah, tanpa akar.

Kini saatnya orang adat kembali ke panggung utama, bukan untuk bernostalgia, tapi untuk beraksi. Menjadi benteng terakhir dalam perang sunyi melawan narkoba. Sebab menyelamatkan satu anak kemenakan hari ini, berarti menyelamatkan seribu generasi ke depan. (***)