DomaiNesia

Pemko Bukittinggi Ikuti Dialog, Dorong Pengembangan Kota Kreatif

pemko-bukittinggi-ikuti-dialog-kota-kreatif-antarjejaring-kreatif
Pemko Bukittinggi Ikuti Dialog Kota Kreatif Antarjejaring Kreatif
www.domainesia.com

Bukittinggi – Pemerintah Kota Bukittinggi menargetkan pengakuan sebagai kota kreatif dan kota perjuangan, sejalan dengan visi pembangunan daerah. Aspirasi ini mengemuka dalam Dialog Kota Kreatif yang diselenggarakan bersama Indonesia Creative Cities Network (ICCN) di aula balaikota, Senin (4/8), dengan melibatkan berbagai pelaku jejaring kreatif dari berbagai wilayah.

Wakil Walikota Bukittinggi, Ibnu Asis, menyampaikan rasa terima kasih atas kontribusi ICCN dan Bukittinggi Creative Network (BCN) dalam memajukan ide-ide pengembangan kota kreatif. Ia menilai, kegiatan dialog ini menjadi motivasi bagi Bukittinggi untuk bersaing dengan kota-kota lain yang telah lebih dulu menyandang status kota kreatif.

“Ini menjadi dorongan tersendiri bagi Bukittinggi untuk bisa sejajar dengan kota lain yang telah lebih dulu ditetapkan sebagai kota kreatif,” ujarnya. Ibnu Asis menjelaskan, hal ini sejalan dengan visi dan misi Kota Bukittinggi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2025-2029, yang menempatkan Bukittinggi sebagai kota kreatif di masa depan.

Ibnu Asis menambahkan, Bukittinggi memiliki potensi kreativitas yang besar, terutama di bidang sejarah, kuliner, dan warisan budaya. Menurutnya, keunikan, bakat, dan kemampuan lokal yang beragam menjadi modal utama dalam mendorong kota ini meraih predikat kota kreatif.

Lebih lanjut, Ibnu Asis menegaskan bahwa Walikota Bukittinggi memiliki ambisi besar untuk menjadikan kota ini sebagai Kota Perjuangan. Hal ini didasari oleh sejarah panjang Bukittinggi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. “Banyak sejarah yang lahir dari Bukittinggi, yang bisa dituliskan dengan tinta emas sebagai bagian perjuangan kemerdekaan Indonesia,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, setelah proklamasi kemerdekaan, Bukittinggi pernah menjadi pusat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dari 1 Desember 1948 hingga 1 Juli 1949. “Semangat sejarah perjuangan inilah yang ingin kami lanjutkan. Kita jadikan identitas kota ini bukan hanya sebagai kota kreatif, tapi juga kota perjuangan berlandaskan nilai sejarah, budaya dan semangat masyarakatnya,” pungkas Ibnu Asis.