SELATPANJANG – Budidaya ikan Palmas, spesies purba yang dipercaya membawa keberuntungan, kini menjadi tren di Indonesia dan menjanjikan keuntungan ekonomi. Ikan yang dikenal juga sebagai ikan naga ini memiliki nilai budaya yang kuat, terutama di kalangan masyarakat Tionghoa.
Ikan Palmas, diperkirakan telah ada sejak 200 juta tahun lalu dan dapat hidup hingga 80 tahun di penangkaran liar. Dalam mitologi Tiongkok, ikan ini disebut Jiaolong, digambarkan sebagai makhluk bersisik mirip ular tanpa tanduk, dan dianggap sebagai nenek moyang naga.
Di kalangan etnis Tionghoa, ikan Palmas juga dikenal sebagai Ikan Bichir. Kepercayaan feng shui meyakini bahwa memelihara sembilan ekor Ikan Bichir dapat membawa keberuntungan, rezeki, dan kemakmuran. Angka sembilan dianggap sebagai simbol kelengkapan dan umur panjang.
Salah seorang penjual ikan Palmas di Meranti, Masnur, pada Jumat (27/6/2025) mengungkapkan kemudahan dalam membudidayakan ikan yang berasal dari Afrika ini. “Kita memiliki sejumlah jenis ikan Palmas ini, khususnya jenis Orna. Kita sudah membudidayakannya sejak tahun 2008,” ungkap Masnur.
Masnur menambahkan, budidaya ikan Palmas memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan. “Memang secara umum ikan ini diminati oleh masyarakat keturunan Tionghoa. Biasanya mereka akan membeli dalam jumlah 9. Jumlah tersebut diyakini akan membawa hoki atau keberuntungan,” katanya.
Saat ini, Masnur menjual ikan Palmas dengan ukuran 50-55 sentimeter dan umur sekitar 15 tahun, dengan harga Rp2,5 juta per ekor. Ia menjelaskan bahwa kunci keberhasilan budidaya ikan ini adalah menjaga pakan, kondisi air, dan menciptakan lingkungan yang menyerupai habitat aslinya. “Tidak perlu membuat kolam-kolam besar. Cukup menyediakan wadah yang cukup untuk membuat ikan nyaman sudah bisa mengembang biakkannya,” jelasnya pada Jumat (27/6/2025).
